Selasa, 01 Juni 2010

Kesaksian -- Tiga Kali Anne Bertemu Tuhan


Mengenang Anne Satya Adhika

Saat ini Anne Satya Adhika (12)
mungkin sudah bisa melihat wajah Tuhan. Ia sudah memperoleh apa
yang pernah dijanjikan oleh Tuhan
Yesus yang datang dua kali dalam mimpinya. Dalam mimpi itu Tuhan
Yesus berkata akan mengambil dua
benda dari tubuhnya, namun Ia akan mengganti dengan sesuatu yang
paling baik buat Anne. Yang paling
baik bagi puteri pasangan Antonius Yosef Sri Kahono (43) dan
Yohana Fransisca Emy Kusindriati (38)
tiada lain adalah surga! Karena Anne dipanggil Tuhan pada 26
September 2007, setelah melewati
pergulatan panjang dari operasi tumor 3 April 2007 berikut
rangkaian enam kali kemoterapi.
Anne Satya Adhika, terlahir 7 Juni 1995 dengan badan sehat dan
gemuk. Anne yang penurut dan lugu,
menurut ayahandanya adalah anak yang pendiam, namun anehnya Anne
punya banyak teman. Walaupun
terkesan pendiam, Anne pandai merangkai doa bahkan memimpin doa
dengan rangkaian kata-kata yang
dibuatnya sendiri. Kecintaan Anne untuk berdoa juga terbukti
dengan rajinnya Anne ikut ibadat, doa
rosario atau pun misa baik di paroki, maupun di rumah. Di kamar
Anne yang bernuansa pink, tertempel
doa Bapa Kami dalam bahasa Inggris, menunjukkan kecintaan Anne
pada Tuhan dan keinginannya untuk
belajar bahasa Inggris.

Tingginya semangat belajar Anne dan keinginannya untuk mengetahui sudah terbukti dari prestasi belajar yang ia dapatkan dari
sekolahnya di SD Kanisius Demangan Baru. Beberapa kali Anne
mendapatkan ranking di sekolahnya,
terutama ketika Anne belajar di kelas 1 sampai dengan 3. Di
kelas 6, seperti anak-anak lain yang juga
ingin mempersiapkan ujian, maka Anne mengikuti les-les supaya
memperoleh nilai bagus dalam ujian dan
bisa melanjutkan ke sekolah favorit. "Menjelang ujian, tanpa ada
gejala sakit sebelumnya tubuh Anne
tampak mengurus namun perutnya agak besar. Setelah dicek di RS
Panti Rapih ternyata ada tumor di
bagian perut," terang Bapak Kahono. Kemudian waktu itu dokter
menganjurkan supaya segera dilakukan
operasi. Vonis tersebut membuat pak Kahono dan istri merasa
panik dan stress. Disaat-saat suasana
hati yang tidak enak, orangtua Anne mohon bantuan doa kepada
sanak saudara dan tettangga, maka
malamnya dirumah pak Kahono diadakan doa lintas agama untuk
kekuatan dan kesembuhan Anne, pukul 18.00
doa dari beberapa warga yang beragama Islam, dan pukul 19.00
dilanjutkan doa dari warga yang beragama
Katolik. Ada keinginan untuk mengikuti pengobatan alternatif.
Namun, menurut dokter hal ini hanya
akan memperparah kondisi pasien.
Itu sebabnya tanpa memikirkan masalah biaya, mereka menyetujui
operasi pengangkatan tumor Anne. "Kami
hanya ingin Anne sembuh. Namun, ternyata Tuhan mempunyai rencana
lain untuk Anne dan kami
sekeluarga." jelas Ibu Emy tabah. Ibunda Anne dan Gisela Sotya
Gracia Diwyacita (3,5) ini ternyata
masih harus berjuang untuk membujuk putri sulungnya agar mau
dioperasi.
Namun, ternyata hanya Tuhan Yesus sendiri yang bisa membujuk
Anne. "Malam sebelum dioperasi Anne
bermimpi bertemu Tuhan. Katanya, dia melihat Tuhan Yesus
menungguinya di ruang operasi dan memegangi
tangan kanannya. Jadi, setelah mimpi itu dia pasrah saja
dioperasi." ujar Ibu Emy.
Mimpi itu adalah kali pertama Anne bertemu Tuhan Yesus.
Sebelumnya, Anne belum pernah menceritakan
perjumpaan dengan Tuhan. Namun, Anne sangat suka berdoa. Ia
gemar berdoa rosario dan memimpin doa
spontan. Bahkan setelah ia meninggal orang tuanya menemukan
diari doa Anne yang dibuatnya sejak ia
duduk di kelas 3 SD. "Kami tidak tahu kalau Anne menulis
berbagai doa mulai doa di hari ibu, hari
pahlawan, sampai hari kelahiran Gisela. Dan baru menjelang
saat-saat terakhirnya ia menulis doa untuk
dirinya sendiri," tutur Bapak Kahono. Dalam doanya yang
terakhir, Anne juga sempat memohon berkat
agar kedua orang tuanya sehat dan mempunyai cukup rejeki untuk
membiayai pengobatan di rumah sakit.
Padahal saat itu tidak seorang pun yang memberitahu bahwa kedua
orang tuanya kesulitan menutup biaya
yang tidak sedikit. Dan untunglah sebagian biaya dibantu oleh
perusahaan tempat Pak Kahono bekerja.
Bantuan juga datang dari sanak saudara, juga dari teman-teman di
milis yang bersimpati dengan Pak
Kahono. Namun bantuan itupun belum bisa menutup seluruh biaya
pengobatan yang luar biasa mahalnya.
Maka atas kebaikan perusahaan tempat Pak Kahono bekerja
meminjami uang untuk menutup biaya tersebut,
sedangkan untuk pengembaliannya Pak Kahono harus rela dipotong
gajinya setiap bulan, yang jumlahnya
cukup besar. "Saya tidak tahu berapa tahun potongan gaji itu
akan selesai." kata Pak Kahono. Maka untuk menutup kebutuhan setiap bulannya yang selalu minus pak kahono harus berjuang mencari kerja dimalam
hari diluar perusahaannya. Perjumpaan Anne dengan Tuhan Yesus dalam mimpi ternyata membawa mukjijat bagi kondisi fisik dan
mentalnya. Secara mengejutkan, rekam jantung dan berbagai
pemeriksaan sebelum operasi memungkinkan
bagi terlaksananya operasi. Padahal dua hari sebelumnya, rekam
jantung Anne sangat jelek.

Begitu senangnya Anne berjumpa Tuhan sampai dia bisa menghibur sang
ibu. "Sebelum masuk kamar operasi, Anne
sempat bilang pada saya: Ibu, wajahnya jangan begitu. Senyum
to....da...da. ..." kenang Ibu Emy.
Operasi yang menyita waktu 3 jam 45 menit itupun seperti
mukjizat, karena sebelumnya dokter sempat
memberitahukan bahwa setelah operasi Anne pasti membutuhkan
perawatan di ICU, namun hal ini tidak
terjadi. Tuhan seakan menjawab doa Anne dan keinginan Anne.
Sebelum operasi Anne sempat bilang kepada
Ibunya, "Ibu setelah operasi saya maunya kembali ke kamar ini."
Dan memang benar, setelah operasi,
Anne tidak memerlukan perawatan di ICU. Anne dikembalikan ke
kamar perawatan semula dan dia kelihatan
tegar, tidak merasa sakit.
Pasca operasi dengan semangat hidup yang luar biasa, Anne ngotot
ikut ujian kelulusan sekolah dasar.
"Waktu itu Anne tidak pernah belajar karena sakit dan masuk
rumah sakit. Tapi, syukurlah Anne bisa
lulus ujian kelulusan sekolah dasar dan diterima di SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta," kata Bapak
Kahono. Anne pun tetap rajin menyalin pelajaran guna mengejar
ketertinggalannya selama dia harus
mengikuti kemoterapi.
Saat-saat mendampingi kemoterapi Anne, Bapak Kahono dan Ibu Emy
merasakan beban yang sangat berat.
"Setiap bulan, kurang lebih 4 sampai 5 hari kami harus
mendampingi Anne yang pasti merasakan sakit, pusing berat, mual, muntah, dan menggigil sampai tempat tidurnya bergoyang hebat.

Setelah itu, di rumah kadang-kadang Anne susah minum obat." Kata
kedua orangtua Anne. Disaat-saat
Anne menggigil karena efek dari kemoterapi ia selalu bilang pada
ibunya, "Bu...dingin banget, doakan
Anne ya bu...." Kenang ibu Emy sambil menangis. "ia anak yang
tabah, semangat dan selalu ingat pada
Tuhan, saya bisa merasakannya betapa sakitnya orang menjalani
kemoterapi, tetapi saya harus tabah dan
kuat selama mendampingi anak saya".
Di tengah beratnya pendampingan itu, keduanya tidak putus asa.
Meski doa mereka agar sang anak tidak
kesakitan paska kemoterapi tidak dikabulkan Tuhan, mereka terus
berdoa agar Anne disembuhkan. Dengan
kepercayaan penuh mereka membimbing Anne agar terus berpasrah
dan berdoa. Bahkan Pak Kahono juga
rajin berpuasa agar Anne segera sembuh dan Pak Kahono bisa sabar
melayani Anne.
Dari kemoterapi pertama sampai keempat, kondisi fisik Anne
sangat bagus. Meski harus kesakitan
setelah kemoterapi, ia bisa kembali beraktifitas dengan ceria.
Bahkan setelah menjalani kemoterapi ia
antusias untuk masuk sekolah, ia dengan semangat dan senang hati
selalu ingin bersekolah berjumpa dan
belajar bersama-sama dengan teman-temannya. Kali ini tantangan
besar menanti keluarga Kahono karena
kerontokan rambut Anne tidak bisa dicegah. Anne pun mengalami
stres berat. Berbagai cara dilakukan
oleh keluarganya agar rasa percaya diri Anne kembali. Mulai dari
membeli wig sampai jalan-jalan untuk
sekadar makan atau membeli pensil pun dilakoni keluarga ini agar
Anne bisa merasa senang. "Syukur
kepada Allah karena dengan cepat Anne bisa menerima kenyataan
ini, dia sempat stress selama 4 hari,
selalu marah karena hampir setiap hari rambutnya lepas satu per
satu. Kami hanya bisa berdoa kepada
Tuhan agar kami diberi kesabaran dan ketabahan, maka disaat-saat
selesai doa malam atau disaat-saat
kami makan bersama diluar secara pelan-pelan kami mencoba
menjelaskan kepada Anne mengenai kerontokan
rambutnya" kata pak Kahono. "Dan syukur kepada Allah sekali lagi
Anne akhirnya mau mendengarkan dan
mau menerima kenyataan ini".
Setelah kemoterapi ketiga, Anne bermimpi ketemu Tuhan Yesus
lagi. Pada sang ibu, Anne bercerita,"
Ibu, Tuhan datang lagi. Tuhan bilang Dia telah ambil salah satu
organ tubuhku sebanyak dua buah.
Tuhan bilang agar aku tidak khawatir, suatu saat akan diganti
yang lebih baik, tetapi tidak dalam
waktu dekat. Kemudian Tuhan bilang dengan bahasa lain yang tidak
pernah aku mengerti. Tapi aku paham
dengan apa maksud perkataan Tuhan padaku. Bu kira-kira apa ya
organ yang diambil itu?"
Lewat pertemuan kedua ini, akhirnya Tuhan Yesus sendiri yang
menunjukkan pada Anne apa yang terjadi
dalam operasi itu. Mengingat tumor seberat 3,2 kg itu menempel
pada kedua indung telurnya, dokter
memutuskan untuk mengangkat indung telur Anne sekaligus.
Pengangkatan kedua indung telur ini tidak
disampaikan oleh keluarga pada Anne agar dia tidak stress.
Rencananya baru akan disampaikan setelah
dia dewasa karena dia tidak akan bisa punya anak. Namun, justru
Tuhan sendiri yang memberitahukannya
langsung pada Anne.

Perjumpaan Anne yang kedua dengan Tuhan Yesus ini juga menimbulkan perubahan drastis pada dirinya. Menurut cerita keluarga dan para tetangga, setelah kemoterapi ketiga Anne tidak seperti dirinya lagi. Pada seorang anggota keluarganya dia berkata, "Mbak, Anne minta maaf ya kalau ada salah."
Sementara itu, pada kedua orang tuanya ia
sering minta supaya para kerabat diundang makan-makan. Dengan
undangan ini dia seakan berpamitan.
Ketika itu Anne juga ingin sekali bertemu dengan emak Inge dan
oma Maria, mereka berdua adalah
sahabat orangtua Anne yang begitu baik memperhatikan Anne. Namun
sayang keinginan itu tidak bisa
terlaksana, Anne sangat senang sekali dengan pemberian boneka
dari emak Inge dan emak Nancy juga
rosario dari oma Maria, maka Anne sering memeluk boneka dan
memakai rosario disaat-saat Anne opname
di rumah sakit. Dia juga berkesan dengan para suster yang selalu
menjenguknya, suster Gratia, suster
Theresia. Juga romo Agus dan ibu guru Erna yang selalu setia
menemani dan mendampingi Anne sejak
operasi bulan April.

Menjelang kemoterapi ke-6 Anne sebenarnya sudah menolak, bahkan
sempat kirim sms kepada ibunya
"Bu..aku tidak mau dikemo lagi, aku tahu bapak ibu ingin
menyembuhkanku, tapi aku sudah tidak kuat
lagi.." begitu isi dari sms yang ia kirimkan kepada ibunya.
Bahkan Anne sempat kirim sms juga kepada
ibu gurunya "bu tolong aku, aku tidak mau dikemo lagi, kalau ibu
gak mau menolong aku maka kita tidak
akan berjumpa lagi". Dan bagi Kahono hal itu pun sangat
dilematis. Menurut dokter kemoterapi harus
dijalani, "Pak ini kemo terakhir, sayang kalau tidak dijalani,
biar tuntas" begitu kata dokter.
Bahkan ketika ibu Anne menanyakan soal kemoterapi yang ke-6
kepada dokter, maka dokter hanya menjawab
"memang begitu skedulenya bu, harus dijalani". Padahal kondisi
Anne saat itu sangat stress dan bahkan
hasil lab sangat tidak baik, lekosit dan trombosit tutun
drastis.

Namun Anne seakan ingin memakai waktu-waktu terakhirnya untuk menyenangkan semua orang. Ia tidak mau orang tuanya sedih, "Bapak jangan gitu, Bapak jangan sedih ya," ucapnya setiap kali sang ayah nyaris menitikkan air mata. Anne juga sempat membelikan kado ulang tahun bagi temannya di sela kesakitan paska kemoterapi keempat.
Menjelang kemoterapi terakhir, ia sempat momong Gisela bermain di sebuah mall di Yogyakarta. Waktu itu Anne punya keinginan yang tidak bisa ditolak, ia ingin
mengajak adiknya untuk bermain disebuah mall. Ia juga berjuang menyiapkan sepucuk doa "Malaikat Tuhan" yang ditulis rapi untuk kedua orang tuanya. Doa itu belum sempat diajarkan pada orang tuanya karena Tuhan sudah menemuinya untuk yang
ketiga kali.

Hari Selasa sore 25 september pukul 14.20 WIB, Tuhan Yesus
menjumpai Anne yang sedang mengalami masa
kritis. Saat itu Anne selalu meminta bapak dan ibunya untuk
memeluknya. Tiba-tiba Anne minta duduk,
lalu memandang ke arah sudut ruangan. Seperti ketakutan ia
menunjuk ke sudut ruangan dan berkata
dengan nada yang terpatah-patah, "Ibuuu... ka..ta Tuu..han
Yesusss, o..rang yang ma...mau
me...ning..gal itu su..su..lit bernafas.... .bapaaaak. ....ibuuu,
aku ta..kutt.." Anne lalu meminta
agar kedua tangannya dipegang dengan erat oleh kedua
orangtuanya. Ketika itu Anne juga menanyakan
saudara-saudaranya kepada ibunya, "Bu...mana budhe dan pak dhe,
mana mbak vita, mbak Nuke....kok sepi
to" Kenang ibu Emy. Bahkan ketika itu Anne juga menanyakan
adiknya dan keponakannya, katanya "...mana
Marsa, mana Gisela...Gisela mbak Anne mau meninggal... " kenang
pak kahono sambil menitikkan air mata.
Kata-kata Anne seperti itu membuat perasaan orangtua Anne
menjadi tidak karuan. Maka pak Kahono
segera menelepon seluruh sanak saudara untuk datang ke rumah
sakit, dan juga menelepon Romo Agus.
Sore itu juga pada pukul 18.00, Anne menerima sakramen minyak
suci. Ketika upacara pemberkatan minyak
suci berlangsung Anne bisa mengikutinya dengan khidmat, dan
setelah selesai kepada Romo ia masih
berucap, "Terima kasih Romo. Doakan saya ya Romo." Lalu setelah
itu dilanjutkan dengan doa roasio
oleh warga lingkungan dan Anne pun juga bisa mengikuti dengan
tenang.

Mulai jam 21.00 - 03.30 Anne tidak bisa tidur, sesekali minta
minum karena haus sekali, tetapi ketika
diberi minum selalu dikeluarkan lagi. Orangtua anne sehari tidak
tidur menunggui Anne.
Keesokan paginya, hari Rabu, dokter yang memeriksa Anne bilang
bahwa Anne membutuhkan cuci darah
karena kondisinya semakin menurun. Namun kata dokter melihat
kondisi seperti ini cuci darah tidak
berani. Pukul 9 pagi, Anne mengalami masa kritis lagi. Meski
ketakutan akan berpisah dengan
orang-orang terkasih dan terutama adik yang dinantinya tujuh
tahun lamanya Anne manut saja mengikuti
bimbingan doa dari sang ayah. Pada saat itu, pak Kahono
membimbing Anne untuk berdoa Bapa Kami yang
diikuti Anne dengan pelan-pelan. Anne minta air karena merasa
haus sekali. Tapi Anne sudah tidak bisa
menelan lagi. Anne hanya minta dipeluk kedua orangtuanya sambil
sesekali memanggil orangtuanya dengan
nada pelan "bapaaaak... ....ibuuuuu. ....." tangan Anne begitu
kuat memegang tangan kedua orangtuanya,
tangan kanan memegang tangan ibunya, sedang tangan kiri minta
dipegang bapaknya. Pada saat itu, Papa
Anne membimbing Anne untuk berdoa. Sekali lagi pak Kahono
membimbing Anne untuk berdoa dan Anne pun
bisa mngikuti doa walaupun dengan suara yang pelan dan
terpatah-patah. "Ya Tu...han, Ampuni hamba-Mu
Anne. Pe....ganglah tangan Anne ke dalam pangkuan-Mu. ..
tuntunlah hamba-Mu kedalam surga" Dan pada
waktu itu, kedua orangtuanya sempat minta maaf juga. "Anne,
bapak ibu minta maaf ya, bapak dan ibu
banyak dosa dan salah pada Anne." Anne pun menjawab, "Aku ituuu
sudah me..maaf..kan. " Saat itu juga
Anne sempat minta maaf kepada bapak dan ibunya. "Anne juga ya bu
minta maaf.." Kahono sambil menangis
menjawab, "Anne gak punya salah. Bapak dan ibu sudah memaafkan".
Setelah itu Anne memanggil Bapak Ibu-nya sekali lagi dan
memegang dengan kuat tangan orangtua itu.
Bapak Kahono pun berdoa untuk yang terakhir pada Tuhan, "Tuhan
yang Maha Kasih, Tuhan yang Maha
Agung, seandainya Anne harus Kau panggil, maka tuntunlah dan
peganglah Anne ke dalam pangkuan-Mu di
surga. Tapi apabila Engkau menghendaki mukjizat, kami siap untuk
membimbingnya kembali." Sekali lagi
Anne berkata "Ba..paaak.. ibuuuu" Perlahan pegangan Anne terasa
semakin mengendur dan akhirnya Anne
pergi memenuhi panggilan Tuhannya. Saat itu kedua orangtua Anne
terasa lemas sekali, mau bicarapun
tidak bisa, hanya cucuran airmata yang ada. Para suster berusaha
untuk memompa paru-paru Anne tetapi
nampaknya sia-sia karena Anne memang sudah tiada......orangtua
anne menangis habis-habisan sambil
berdoa memohon ampun kepada Sang Maha Suci...
"Rasa menyesal, rasa kecewa, dan marah pada dokter berbaur
menjadi satu saat itu." ujar pak Kahono.
Ketika para sahabat pada datang dan bertanya "Anne sakit apa,
kok meninggal, kemarin khan masih
sehat" . Dengan nada kesal pak Kahono pun menjawab "Anne
meninggal karena di kemoterapi". Rasa kesal
dan kecewa masih terlihat diwajah pak Kahono saat itu, untunglah
banyak sahabat, saudara dan juga
romo mencoba menenangkan hati pak Kahono.
"Selamat jalan anakku, selamat jalan Anne.....banyak kenangan
indah bersamamu yang tidak akan aku
lupakan selamanya, engkau begitu baik, bersemangat dan bahkan
mau maaf memaafkan menjelang engkau
pergi. Sekali lagi maafkan segala kesalahan bapak ibu
nak....damai dan bahagia di Surga Amin" begitu
kata pak Kahono
Begitulah Anne Satya Adhika menyelesaikan peziarahannya di bumi
dalam doa.


Kisah dan percakapan tersebut diatas adalah kisah nyata yang sebenarnya, tanpa mengurangi dan menambahi sedikitpun. Pak Kahono bercerita apa adanya, ia memang ingin berbagi pengalaman iman kepada kita semua. "Saya ingin sharing
pengalaman pribadi dan iman kepada semua sahabat tanpa kecuali,
bahwa mendampingi seseorang yang
sedang sakit terlebih orang yang mau meninggal dunia itu
sangat-sangat penting" kata pak Kahono.


"Sekali lagi, mudah-mudahan sharing ini berguna..." lanjutnya.
Catatan:
Kisah ini ditulis dari hasil wawancara orangtua Anne dengan
seorang teman wartawan pada tanggak 29
September 2007 (tiga hari setelah Anne tiada) dan dilanjutkan
pada awal bulan Nopember setelah 40
hari peringatan Anne. Artikel ini telah dimuat di dua media,
yaitu majalah Utusan terbit bulan
Desember 2007, media Pondok Renungan, dan Sabda serta salah satu
media di jakarta yang terbit Januari
2008.

1 komentar:

  1. Beban yang Jesus berikan lebih ringan, dan ia memberikan kelegaan. Hidup yang berkemenangan adlh ktk kita bisa mengakhiri hidup dalam Tuhan

    BalasHapus